Selasa, 02 November 2010

Virus paling mematikan H5N1 (Flu Burung)



Yah.. Setelah tidak produktif karena sakit faringitis selama 2 hari ini, mari kita lanjutkan pembahasan dan diskusi kita ;)

Apakah anda memiliki hewan unggas di rumah? Atau justru beternak unggas? Jika Anda meilihat unggas-unggas Anda mati mendadak, segera kubur unggas Anda. Curigalah mereka telah terinfeksi virus H5N1 atau yang biasa kita sebut dengan Flu Burung. Kira-Kira seperti inilah publikasi dari pemerintah yang telah banyak beredar di media-media seperti televisi untuk kita semua.

Berawal dari sebuah virus influenza A yang merupakan virus influenza paling sering bermutasi menjadi virus-virus yang mematikan. Pada tahun 1918, dunia dikejutkan oleh virus influenza yang menjadi pandemi dan telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe tersebut adalah H1N1 atau disebut "Spanish Flu" saat itu. Berlanjut pada tahun 1957, virus influenza yang telah bermutasi menjadi H2N2 (Asian Flu)membunuh sampai 100.000 orang.

Pada tahun 1968, virus influenza kembali menjadi pandemi karena telah membunuh lebih dari 700.000 orang dengan mutasi H3N2 tatu lebih dikenal dengan "Hongkong Flu". Dan saat ini dunia dikejutkan kembali dengan merebaknya virus H5N1 yang telah membunuh 6 orang warga Hongkong dari 18 orang yang terjangkit pada tahun 1997. Berdasarkan data WHO dari tahun 2003-2010, total kasus H5N1 di Indonesia ada 170 dengan kematiannya 141.

Bagaimana kita bisa tertular?
Penularan virus influenza pada umumnya bisa terjadi secara inhalasi, kontak langsung dan kontak tidak langsung. Virus H5N1 sendiri menular lebih karena kontak langsung unggas dan manusia. Bedasarkan penelitian 18 orang di Hongkong pada tahun 1997 itu pun penularan terjadi karena kontak langsung dari unggas ke manusia. Tidak ada resiko dari mengonsumsi daging unggas yang telah dimasak.

Jarang ditemukan penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia. Namun ada kasus menarik dari Thailand, dimana ada seorang anak berumur 11 tahun yang tinggal bersama bibinya, terjangkit flu yang diduga virus H5N1. Kemudian sang ibu datang untuk menemaninya. Si anak meninggal pada tanggal 8 September 2004. Seminggu kemudian sang ibu masuk rumah sakit dan meninggal pada tanggal 20 September 2004. Pada tanggal 23 September 2004 giliran sang bibi yang datang ke rumah sakit, namu ia sempat diberi oseltamivir (tamiflu) dan bisa dipulangkan pada tanggal 7 Oktober 2004. Data laboratorium menjelaskan bahwa sang bibi dan sang ibu terjangkit virus H5N1 dari sang anak selama merawat sang anak.

Berdasarkan penelitian tahun 2005, masa inkubasi virus H5N1 bisa berkisar 4-8 hari. Gejala awalnya berupa demam tinggi (di atas 38 derajat Celcius), gejala flu dan kelainan saluran napas. Gejala lain bisa berupa diare, muntah, nyeri perut, nyeri dada, hipotensi dan bisa juga perdarahan gigi dan gusi. Untuk gejala sesak napas akan muncul 1 minggu setelahnya.

Untuk uji konfirmasi tehada virus H5N1 ini perlu dilakukan pemeriksaan dengan mengisolasi virus, deteksi genom H5N1 dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan sepasang primer spesifik, tes imunofluorosensi terhadap antigen menggunakan antibodi monoklonal terhadap H5, peningkatan titer antibodi terhadap H5N1, dan pemeriksaan metode Wester Bloothing terhadap H5- spesifik.

Obat-obatan yang bisa kita gunakan adalah Amantadine dan Rimantadine. Obat ini berfungsi menghambat replikasi virus. Namun untuk saai ini obat-obat ini tida terlalu efektif untuk keadaan H5N1 yang telah meluas. Untuk itu, kita bisa menggunakan obat-obat seperti Zanamivir dan Oseltamivir, dimana obat-obat tersebut berfungsi sebagai inhibitor neurominidase. Neurominidase ini digunakan H5N1 untuk lepas dari hospes pada fase budding, sehingga jika neurominidase ini dihambat, maka replikasi virus bisa dicegah.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang bisa mencegah penularan virus H5N1. WHO merekomendasikan bagi orang-orang yang berisiko kontak dengan unggas untuk diberi terapi profilaksis 75mg oseltamivir sekali sehari selama 7-10 hari. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan adalah menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri, menggunakan penutup mulut dan sarung tangan bila berada di daerah yang telah terjangkiti virus H5N1 dan amati kesehatan kita jika melakukan kontak dengan unggas. Segera cari perhatian medis jika muncul demam, infeksi pada mata, atau gangguan pernapasan.

Sumber : Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.2, Agustus 2006, 55 - 65
http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/country/cases_table_2010_10_18/en/index.html

1 komentar:

  1. Haruskah orang-orang yang beternak unggas pindah mata pencaharian?

    BalasHapus