Senin, 15 November 2010

Menangani Bencana bukan hanya dengan Teori yang Baik




Wow.. sudah vakum selama lebih kurang 10 hari. Mohon maaf karena sempat meninggalkan blog ini karena ikut andil membantu pengungsi Merapi bersama TBMM Panacea. Mari kita lanjutkan dengan semangat membara!!!

Disini kita tidak usah membahas definisi Bencana karena definisi bencana sangatlah beragam. Ada yang memandang bencana dari sisi konvensional, ilmu pengetahuan alam, ilmu terapan, progresif, ilmu sosial, dan holistik. Sedangkan definisi manajemen bencana itu sendiri adalah Segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada sebelum, pada saat dan setelah bencana.

Apa saja sih yang dilakukan saat penanganan bencana?
Kegiatan manajemen bencana dimulai dari Pencegahan (Prevention). Dalam Pencegahan ini kita melakukan semua tindakan yang dimaksudkan untuk pencegahan bencana. Contohnya, kita melarang pembakaran hutan di sekitar ladang, atau melarang pencarian batu karang di daerah yang curam.

Selanjutnya adalah Mitigasi. Mitigasi adalah upaya yang kita lakukan untuk mengurangi dampak yang bisa ditimbulkan bencana. Mitigasi terbagi 2, struktural dan nonstruktural. Mitigasi struktural contohnya membuat cekdham, tanggul, ataupun bendungan. Mitigasi Nonstruktural contohnya seperti tata tertib, aturan, ataupun pelatihan.

Kesiapan (prepadness) adalah langkah ketiga. Kesiapan adalah upaya untuk mengantisipasi bencana dengan langkah-langkah keorganisasian, seperti menyiapkan sarana komunikasi, pos komando, dan tempat pengungsian. Keempat adalah Peringatan (early warning). Peringatan adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana mungkin akan terjadi. Peringatan ini HARUS menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak mebingungkan, dan bersifat resmi.

Selanjutnya adalah Tangaap Bencana (response) yang berarti upaya yang dilakukan segera saat bencana untuk menyelamatkan korban, evakuasi, dan pengungsian. Baru kemudian kita lakukan Bantuan Darurat (relief) yaitu upaya untuk memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal sementara, sanitasi dan air bersih.

Pemulihan (recovery) berarti proses pemulihan kembali sarana prasarana seperti sebelum terjadi bencana. Upaya yang dilakukan seperti perbaikan jalan, listrik, pasar, maupun puskesmas yang rusak. Kemudian kita lakukan Rehabilitasi yaitu upaya yang diambil setelah bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumah, fasilitas umum dan sosial, serta kondisi perekonomiannya. Terakhir kita lakukan Rekonstruksi yaitu perbaikan jangka menegah dan jangka panjang untuk membantu korban untuk mengembalikan perekonomiannya agar sama atau lebih baik dari sebelum bencana.

Lalu apakah kita sudah menjalankan prinsip-prinsip ini?
Tidak usah melihat jauh ke belakang, mari kita evaluasi apa yang sudah kita lakukan aat Merapi meletus sekarang. Memang untuk bencana gunung Merapi ini tidak bisa kita cegah karena merupakan bencana alam. Berbeda dengan bencana kecelakaan pesawat beberapa tahun lalu yang bisa kita cegah dengan tidak menggunakan pesawat yang sudah bau tanah.

Mitigasi sebenarnya sudah dilakukan seperti adanya peraturan dalam zona tidak aman. Namun memang banyak masyarakat yang tidak mengindahkannya. Kesiapan sudah terlihat dengan komunikasi yang terus berjalan terutama menggunakan HT, posko pun sudah ada di beberapa tempat saat letusan 26 Oktober 2010 terjadi. Dan tempat pengungsian sudah bisa segera dibentuk saat letusan pertama terjadi.

Peringatan sendiri sudah dilakukan dalam setiap tahap Merapi. Mulai dari Siaga, Waspada sampai status Awas Merapi. Dalam hal ini memang ada saja warga yang tidak mematuhi peringatan yang diberikan agar segera mengungsi. Tanggap darurat yang terjadi sangat cepat dilakukan. Begitu status Merapi stabil, ambulan-ambulan dari Tim Reaksi Cepat, Rescue, dan SAR langsung naik ke daerah terkena awan panas. Pukul 18.00 setelah letusan pukul 16.** evakuasi sudah dilakukan. Jenasah dan korban luka pun segera dibawa ke tempat yang lebih aman dan rumah sakit rujukan.

Bantuan darurat yang diberikan sangat melimpah. Terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia yang peduli sesama. Karena kalian, pengungsi tidak terlalu menderita. Namu yang perlu disayangkan adalah jenis bantuan yang tidak merata. bukan hanya dari tidak merata lokasinya, melainkan juga tidak merata jenis bantuan. Ada beberapa posko yang tidak terkontrol sanitasinya. Lalat-lalat pembawa penyakit terbang dimana-mana. Disini justru Lem Lalat sangat dibutuhkan oleh mereka para pengungsi.

Pemulihan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi sekarang belum sampai pada tahap itu. Karena memang Merapi sampai saat ini masih menunjukkan keaktifannya sehingga zona bahaya masih diisolasi dan belum bisa dijamah kembali. Hal ini masih dipikirkan dan dirapatkan oleh para ahli. Semoga saja pikiran cerdas yang nanti disusun bukan hanya teori semata. Kita butuh AKSI bukan hanya HIMBAUAN semata. Percuma teori di mulut bagus tapi diminta turun ke lapangan saja menunda-nunda. Orang seperti itu harusnya malu pada relawan.. Karena derajat mereka yang tinggi sebenarnya lebih rendah dari pengecut sekalipun.

Kejadian-kejadian saat ini memang harus dievaluasi untuk hari esok yang lebih baik. Namun masyarakat butuh aksi kita semua, bukan omong kosong semata..

Sumber : http://atdr.tdmrc.org

2 komentar: