Selasa, 30 November 2010

Penanganan Triase lewat segenggam telepon



Ingat apa itu triase (triage)? Triase adalah proses khusus untuk memilah pasien berdasar tindak kegawatdaruratannya untuk menentukan jenis penanganan dan transportasinya. Triase ini bisa dilakukan pada posisi di rumah sakit atau di lapangan seperti pada kondisi bencana. Pada prinsipnya triase akan memilih pasien mana yang akan ditangani terlebih dahulu untuk menyelamatkan jiwanya.

ada 4 simbol yang digunakan dalam triase. biasanya simbol yang dipakai adalah warna yaitu merah, kuning, hijau dan hitam. Berurutan dari warnanya :
a. Merah. Pada pasien ini harus segera ditangani untuk menyelamatkan jiwanya.
b. Kuning. Pada pasien ini segera ditangani setelah pasien dengan kode merah karena kondisinya masih memungkinkan untuk menunggu pasien merah ditangani terlebih dahulu baru kemudian pasien kuning yang ditangani.
c. Hijau. Pasien ini kondisinya masih sadar penuh dan mendapat prioritas terakhr untuk ditangani.
d. Hitam. Pasien ini tidak perlu ditangani karena sudah tidak ada harapan untuk hidup atau sudah meninggal dunia.

Untuk prinsip ini biasa digunakan di rumah sakit. Berbeda sedikit untuk triase di daerah bencana. Urutan triase di daerah bencana menjadi Kuning-Merah-Hijau-Hitam. Hal ini dikarenakan jarak lokasi bencana dan rumah sakit sering jauh dan prioritas pertama jatuh pada pasien dengan kode kuning karena masih memiliki waktu untuk segera ditangani dan kemungkinan selamat tinggi. Memang sepertinya berat untuk memilih. Namun memang tujuan triase ini adalah untuk memilah dan menyelamatkan sebanyak mungkin pasien yang masih bisa diselamatkan.

Lalu muncul teknologi terbaru yaitu telepon triase. Sedikit berbeda dengan aap yang dijelaskan sebelumnya. Telepon triase ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kunjungan pasien di rumah sakit. Biasanya yang melakukannya adalah seorang perawat. Telepon triase ini sebenarnya sudah dimulai sejak lama di negara maju. Alexander Graham Bell saja sudah menggunakan telepon saat ini minta bantuan saat ada zat asam yang jatuh di celananya.

Jadi menurut American Academy of Ambulatory Care Nursing (AAACN) dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam telepon triase meliputi :
a. Memberikan penilaian keperawatan
b. Memberikan perawatan
c. Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling
d. Memberikan rujukan ke sumber daya kesehatan lain
e. Mengimplementasikan protocol khusus berdasarkan kondisi pasien
f. Mengevaluasi tindakan

Pada awalnya pasien menelepon perawat yang disiapkan untuk menjelaskan keluhannya. Perawat mencatat seluruh data yang didapat dari pasien. Saat telepon itu pun bisa dinilai pola napas paisen, mengi, dan batuk kering. Sebelumnya juga pasien telah dibimbing untuk cara menjelaskan segala keluhannya agar bisa diinformasikan lewat telepon dengan baik. Untuk itu perawat bekerja berkolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan yang lain juga.

Setelah itu perawat juga harus bisa menentukan rujukan untuk melanjutkan penanganan pasien tersebut. Setelah itu yang terpenting adalah evaluasi. Yang perlu dievaluasi adalah kepuasan pasien, hasil yang diperoleh dan kelanjutan dari penyakit pasien. Hasil yang buruk tentu harus segera diperbaiki agar tidak terjadi kembali.

Sistem telepon triase sendiri menggunakan sistem komputerisasi yang canggih. Biasanyan seorang perawat triase akan menggunakan platform computer yang memiliki backend database. Hal ini menjamin kehandalan dan akurasi, serta kemudahan penggunaan. Salah satu jenis teknologi yang masuk ke dalam system ini termasuk VOIP atau voice over internet, yeng merupakan teknologi yang banyak digunakan. Emergency nurse telah meluncurkan perangkat system telepon triase untuk mengurangi Ambulance call-out. Perangkat ini disebut NHS Pathways, suatu software pengkajian klinik. Alat ini membantu operator telepon triase emergensi dapat mengecek gejala pemanggil.

Memang sistem telepon triase ini belum banyak berkembang di Indonesia karena keterbatasan teknologi. Baru di beberapa kota besar saja yang sudah memakai sistem telepon triase ini. Yang jelas, hal ini menjadi peluang bagi perawat untuk bisa menjalankan asuhan kesehatan masyarakat. Bukan dokter saja yang berperan, perawat dalam hal ini juga telah menjadi bukti bahwa perawat tidak kalah pentingnya dengan tenaga kesehatan yang lain.

Sumber : http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20UTS%20SIM_Wayunah_KMB.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar