Jumat, 22 Oktober 2010

Kesehatan Indonesia masih merayap bagai Ulat




Lulusan dokter, perawat dan bidan di Indonesia yang terkenal sangat banyak di Indonesia sebenarnya masih jauh dari cukup bahkan masih kurang jika kita cermati lagi. Sungguh ironis, lebih dari 70 universitas kedokteran, sekolah tinggi ilmu kesehatan dan akademi kebidanan di Indonesia yang konon bermutu dan berprestasi, ternyata belum bisa melayani seluruh masyarakat Indonesia. Kemana saja mereka?

Sebagian besar tenaga kesehatan memang berkumpul di pulau Jawa. Rendahnya tingkat kesadaran akan peran tenaga kesehatan sesungguhnya menjadi motivasi mereka untuk memilih tinggal di daerah perkotaan yang aman, dekat rumah, dekat keluarga, dan dekat dengan fasilitas hiburan yang semestinya dikesampingkan jika kita ingat berapa masyarakat Indonesia di daerah pelosok yang membutuhkan layanan jasa kesehatan dari para tenaga kesehatan.

Sebenarnya jumlah dokter di Indonesia pun sangat rendah. Hal ini bisa dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Dokter di Indonesia masih temasuk rendah yaitu 19/100.000 penduduk. Filipina sudah mencapai 58/100.000 penduduk. Sedangkan Malaysia, negara terdekat kita sudah mencapai 70/100.000 penduduk. Hal ini tentu sangat ironis jika kita melihat seberapa banyak fakultas kedokteran telah meluluskan mahasiswa kedokterannya.

Memang, dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) menjelaskan bahwa telah ada peningkatan status kesehatan ditinjau dari menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46/1000 kelahiran hidup tahun 1997 menjadi 34/1000 kelahiran hidup tahun 2007. selain itu juga Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 318/1000 kelahiran hidup tahun 1997 menjadi 228/1000 kelahiran hidup. Namun peningkatan ini belum sesuai harapan. Bayangkan saja, selama 10 tahun baru terjadi penurunan angka kematian seperti telah dijalaskan berikutnya.

Sampai saat ini banyak sekali tantangan yang harus tenaga kesehatan hadapi. Banyaknya jenis penyakit yang muncul di Indonesia, tidak meratanya sistem kesehatan bagi kelompok sosial ekonomi , menurunnya kinerja sektor publik dan justru didominasi pihak swasta, dan pendanaan cenderung rendah dan tidak merata serta desentralisasi yang baru berkembang. Masyarakat trntu berharap tenaga kesehatan Indonesia segera sadar akan peran mereka yang sebenarnya, yaitu meningkatkan angka kesehatan di Indonesia yang seharusnya, bukan profit oriented seperti yang banyak terjadi sekarang ini.

Sumber : Sistem Kesehatan Nasional

3 komentar:

  1. dokter itu sosial, bukan profit oriented. Kalau mau kaya, jangan jadi dokter. Dokter adalah profesi bagi mereka yang peduli pada sesama

    BalasHapus
  2. dilema para calon dokter di era globalisasi ini. di satu sisi tidak munafik kalau nantinya kita butuh uang dari profesi dokter ini tapi di sisi lain jiwa kemanusiaan kita yang dipertaruhkan.

    BalasHapus
  3. ya memang di sini lah dilema tenaga kesehatan terutama dokter sebagai center dari semua. saya yakin, siapa pun yang ingin jadi dokter atau tenaga kesehatan lainnya, sudah memikirkan hal ini sebelum masuk universitas kedokteran atau sekolah kesehatan yang lain. Mari di sini kita bersama-sama mengembalikan jiwa kemanusiaan yang sudah lama hilang mbak pita ;)

    BalasHapus