Senin, 25 Oktober 2010

Hati-hati dengan Dokter yang disetir perusahaan Farmasi!



"Dok, jadi saya harus minum obat apa?".
Itulah pertanyaan yang hampir selalu ditanya pasien pada dokternya setelah selesai penjelasan diagnosis penyakit dan serentetan pemeriksaan. Kemudian dokter menuliskan resep obat dan pasien langsung membawa resep itu ke apotik untuk segera ditukar dengan obat yang akan dikonsumsi.

Banyak pasien yang melakukan proses di atas berulang-ulang dan tanpa banyak bertanya karena sudah percaya dengan sang dokter. Namun kadang ada juga pasien yang kritis, sampai-sampai ia sudah membaca artikel dari internet dan menanyakan mengapa ia diberi obat tersebut dan apa gunanya obat tersebut. Kemudian dokter menjelaskan. Dan pasien pun puas. Apakah Anda termasuk salah satunya?

Mungkin Anda adalah orang yang berkecukupan atau malah kaya raya sampai-sampai bingung bagaimana cara menghabiskan uang Anda tersebut. Namun apakah Anda rela mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000,- untuk obat yang seharusnya bisa Anda dapatkan dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 3.000,- saja? Uang yang seharusnya bisa Anda gunakan untuk amal dan sodaqoh hilang untuk membeli obat yang mahal hanya karena Merek Terkenal yang diberikan oleh dokter tersebut.

Banyak dokter yang meresepkan obat yang berbeda-beda pada jenis penyakit yang serupa. Pasien terluka dengan kemungkinan infeksi bisa diberi obat Amoxycillin, Ampicillin, Cloramphenicol, dll. Semuanya sama jenisnya, yaitu antibiotik atau biasa disebut antiinfeksi. Namun apakah kalian mengerti bahwa di antara itu semua ada yang harganya super murah dan ada yang super mahal padahal Efeknya Sama? Tidak hanya antibiotik, jenis obat yang lain pun masih sangat banyak.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa banyak industri farmasi (pabrik obat) yang menawarkan obatnya kepada dokter praktek untuk dijual kepada pasien. Biasanya obat ini harganya lebih mahal dan memiliki merek obat yang lebih dikenal masyarakat lewat media elektronik dan media massa. Padahal ada obat yang memiliki efek sama namun harganya jauh lebih murah.

Hal ini terjadi karena rayuan industri farmasi kepada dokter yang mau menawarkan obat mereka akan mendapat fasilitas lebih dari mereka. Sang dokter bisa terbang ke mana saja untuk mengikuti seminar, dll Gratis! Belum lagi souvenir-souvenir cantik dari pabrik mereka. Jika Anda adalah seorang dokter, Sadarkah Anda kalau uang yang dipakai untuk membayari Anda adalah uang Pasien, Bukan Uang Pabrik Mereka? Dimanakah nurani seorang dokter yang diidolakan masyarakat sejak dulu?

Seorang dokter harus paham dengan obat yang akan diberikan kepada pasiennya. Sekolah selama lebih kurang enam tahun sudah seharusnya tidak lalai akan hal itu. Dokter harus sadar akan tujuan dokter untuk membantu sesama, bukan mengambil untung dari orang sakit. Dokter sudah seharusnya tahu dimana bisa mendapatkan obat generik yang benar sesuai dengan prosedur yang legal. Jangan jadikan alasan tidak tahu sumber obat yang benar untuk menerima obat-obat mahal dengan iming-iming yang menggiurkan dari industri farmasi. Semua hanyalah demi kesembuhan pasien, bukan karena uang.

3 komentar:

  1. emosi ngga sih kalau tau kenyataan dokter sekarang seperti ini?

    BalasHapus
  2. tidak sekarang sebenarnya..tp dah cukup lama...aq pernah ketemu dg pihak marketing beberapa pabrik yg km sebutkan diatas...bahkan mereka membuka smuanya didepan q..sampe persenannya dan jumlah nominalnya berapa...

    tp di satu sisi...pengawasan dr pihak IDI maupun depkes dan pihak berwenang yg lain..tll lemah dan sgt mudah digerogoti KKN...secara otomatis...hal ini menjadi trigger yg merajalela

    perlu tindakan secara menyeluruh untuk meluruskan hal2 semacam ini...perlunya kerjasama antara pihak satu dan lain scr solid..dibutuhkan dalam memecahkan permasalahan ini...

    BalasHapus
  3. bener banget tu mas ragga. memang sebenarnya udah jadi penyakit kronis di dunia kedokteran. harus ada yang mau memberantas. Tapi gimana mau kembali ke jalan yang benar klo hampir semua dokter ingin dapat uang lebih sampai tidak sadar klo mereka jadi budak pabrik obat..

    BalasHapus